Sepasang Pengantin Surga part.2
5) Istri yang Menjadi Sumber Kebaikan
Diriwayatkan oleh Imam Nasa'i dengan sanad yang shohih, bahwa
Nabi shallallahu 'alahi wasallam bersabda :
خير النساء من إذا نظرت إليها سرتك، وإذا أمرتها أطاعتك، وإذا أقسمت
عليها أبرتك، وإذا غبت عنها حفظتك في نفسها ومالك
“Sebaik-baik wanita ialah apabila engkau
lihat dia menggembirakanmu. Apabila engkau perintah ia taati, apabila engkau
bersumpah atasnya (untuk melakukan sesuatu) ia penuhi, dan ia senantiasa
memelihara dirinya dan hartamu dibelakangmu.”
A. Apabila engkau memandangnya akan membuat hatimu bahagia.
Betapa indahnya nasihat seorang ibu seperti Umamah binti Al-Harits
kepada anak gadisnya yang ingin menikah agar selalu menjaga
tempat-tempat yang selalu biasa dipandang oleh suaminya dan apa yang
dicium dengan penciumannya. Jangan sampai pandangan suaminya jatuh ke tempat
yang kotor dan penciumannya mencium sesuatu yang tidak berkenan dihatinya.
Sesungguhnya kebahagian itu bersumber dari hati, terungkap dengan
bahasa mata. Sehingga cinta sang suami takkan tampak, tak bergerak kecuali
setelah melihat pandangan mata yang dipenuhi rasa cinta, sebab ia adalah cermin
dari hati. Istri yang sholehah akan memperhatikan penampilan ketika dihadapan
kekasihnya, baik secara lahir maupun batin.
B. Apabila engkau perintah, ia taati.
Perhatikanlah nasihat emas Umamah binti Al-Harits selanjutnya,
mengarahkan anak gadisnya agar selalu patuh dan qona'ah kepada
suaminya, jangan coba melanggar perintah dan membongkar rahasianya. karena
jika engkau langgar perintahnya berarti engkau telah keruhkan hatinya dan jika
engkau bongkar rahasianya engkau tidak akan lepas dari tipuanya. lalu jangan
sekali-kali bergembira ketika ia berduka atau berduka ketika ia bergembira.
Dan itu semua merupakan hak seorang suami terhadap istrinya,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Hakim dari 'Aisyah Ibunda kaum muslimin
ketika bertanya kepada Rosulullah shallallahu'alahi wasallam : "Siapakah
yang lebih berhak untuk dipatuhi oleh seorang wanita?" Rosulullah
shallallahu'alahi wasallam menjawab : "Suaminya."
Lalu hak seorang suami ini, beliau shallallahu'alai
wasallam pertegas kembali dengan mengatakan : “Kalau sekiranya
aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain maka akan aku
perintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
C. Jika engkau bersumpah atasnya (untuk melakukan sesuatu), maka
ia melakukannya dengan baik.
Terkadang seorang suami terpaksa harus bersumpah pada kondisi
genting yang tidak dapat dielakkan. Namun seorang istri yang sholehah akan
berusaha untuk menutup lubang pertikaian yang sebenarnya tidak diinginkan
terjadi, dan tidak akan pernah membukannya kembali.
Karena Dia tidak ingin rumah tangganya terus menerus dikabuti asap
pilu, segera Dia bangkit meski masih terasa lelah demi menunaikan hak-hak
suaminya. Ini merupakan sebuah kebaikan diatas kebaikan, sebab ia telah menutup
pintu syaiton untuk menggerogoti cintanya, meredam amarah yang kapan saja siap
melahap kasih sayang mereka berdua.
Perhatikanlah betapa indahnya wasiat sahabat mulia Abu Darda'
kepada istrinya Ummu Darda' : “Apabila engkau melihatku marah
maka ridhalah, dan apabila kulihat engkau marah, maka aku akan ridha kepadamu.
Kalau tidak, kita tidak akan rukun”.
D. Jika engkau pergi maka ia dengan tulus akan menjaga diri
dan hartamu.
Suami yang mempunyai istri sholehah merasa tenang bila
meninggalkan rumah. Sebab Ia sangat yakin jika istrinya tersebut benar-benar
akan menjaga kehormatan diri dan hartanya. Dan sebaik-baik sifat wanita adalah
sebagaimana yang termasurat di dalam Al-Qur'an :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ
اللَّهُ
"(Sebab itu) maka wanita yang saleh,
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka)". (QS. An-Nisa : 34)
Al-Qoonitaat adalah wanita-wanita
yang taat, al-haafidzoot lil ghoibi adalah mereka yang menjaga
diri dan harta suaminya bila ditinggal. Dengan demikian sepasang suami istri
yang saling menjaga kehormatan dirinya masing-masing niscaya akan membuat rumah
tangganya diliputi kebahagian dan kedamaian, tanpa ada kecurigaan sedikitpun.
6) Istri yang mencintaimu dan engkau pun cinta kepadanya.
Rumah tangga tanpa cinta bagaikan pelangi tanpa warna, madu tanpa
rasa, rembulan tanpa cayaha, gelap gulita. Cinta ibarat sepasang sayap burung
yang apabila patah salah satunya habislah riwayat burung itu. Bahkan cinta
dalam rumah tangga laksana ruh di dalam jasad. Apalah arti hidup berdua jika
tak dilandasi rasa cinta.
Maka beruntunglah suami yang dianugerahi istri yang sholehah,
istri yang akan senantiasa menjaga cintanya dengan pupuk-pupuk asmara, menyiram
kasihnya dengan kelemah lembutan dan kesetiannya. Beginilah 'Aisyah Ibunda kaum
muslimin mencintai suaminya, baginda Rosul Muhammad shallallahu 'alahi
wasallam, sehingga membuat Ummul mu'minin Saudah rodhiallahu'anha menghibahkan
jatah malamnya bersama Rosulillah kepada 'Aisyah rodhiallahu 'anha karena
mengetahui betapa ia sangat mencintai Rosulillah shallallahu'alaihi
wasallam.
Berkata 'Aisyah rodhiallahu 'anha : "Jika
Rosulullah hendak melakukan safar, maka beliau akan mengundi siapa diantara
istri-istrinya yang akan pergi bersama beliau shallallahu'alahi wasallam, Jika
keluar nama undiannya maka Ialah yang berhak pergi (menemani Rosulillah
shallallahu'alahi wasallam). Beliau juga membagi hari-harinya untuk setiap
istri kecuali Saudah binti Zum'ah yang memberikan jatahnya kepada 'Aisyah."
7) Istri yang mencumbumu dan engkau pun mencumbunya.
Cumbu rayu, canda tawa, adalah kata-kata yang ada di dalam kamus
besar pernikahan sebagai bumbu kebahagiaan suami istri. Kita mungkin sering
mendengar salah satu gambaran diantara lukisan indah dari rumah tangga Nabi shallallahu'alahi
wasallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh 'Aisyah rodhiallahu'anha
: "Nabi saw. mendahuluiku, maka akupun mendahuluinya. Begitulah
sampai daging ini serasa membebaniku. Setelah itu beliau mendahuluiku dan
mendahuluiku seraya berkata,"Ini dan Itu." (H.R. Ahmad)
Dalam hadits shahih disebutkan :
عن يحيى بن أبي كثير رفعه قال : كل شيء من لهو الدنيا باطل إلا تأديب
الرجل فرسه وملاعبته أهله ولهوه على قوسه
Dari Yahya bin Abi Katsir secara marfu’, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Segala permainan di dunia
adalah bathil kecuali seorang yang mengajari kudanya, senda gurau
dengan istri dan bermain-main dengan busur panah” (HR Said bin Mansur
no 2451)
وَلَيْسَ مِنَ اللَّهْوِ إِلاَّ ثَلاَثٌ تَأْدِيبُ الرَّجُلِ
فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتُهُ امْرَأَتَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ
“Tiga hal yang bukan termasuk permainan yang
melalaikan yaitu seorang yang mengajari kudanya, senda gurau dengan istri dan
memanah dengan busur” (HR Ahmad no 17373 dari
Uqbah bin ‘Amir al Juhani)
Adapun dalam urusan ranjang, maka agama Islam secara khusus telah
mengaturnya dengan sedetail mungkin dan menjadikannya bagian dari ibadah yang
bernilai shodaqoh bagi pasangan suami istri. Hal ini sebagaimana yang
dinyatakan oleh panutan kita, suri tauladan yang baik dari semua aspek
kehidupan termasuk dalam urusan hubungan suami istri (jima'). Rosulullah shallallahu'alahi
wasallam bersabda :
و لك في جماع زوجك أجر, قالوا يا رسول الله أيأتي أحدنا شهوته و يكون
له فيها أجر؟ قال أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه فيها وزر فكذلك إذا وضعها في
الحلال كان له أجر
“Dan jika kamu menyetubuhi isterimu akan
mendapat pahala. "Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
seseorang di antara kami jika menyalurkan nafsunya akan mendapat pahala?
"Beliau menjawab, "Bagaimana pendapatmu kalau dia menyalurkan
nafsunya itu pada perkara yang haram (berzina), apakah ia berdosa? Begitulah ia
meletakkanya pada yang halal, ia mendapat pahala. (HR.Muslim)
Islam juga telah mengatur bagaimana seharusnya seorang suami yang
hendak melakukan jima'. Mereka (suami istri) dianjurkan untuk melakukan ar
rasuul yaitu pemanasan terlebih dahulu (foreplay) dengan
cara bercumbu rayu, berkata mesra, ciuman, atau sentuhan-sentuhan
lembut. Hal ini dilakukan agar suasana dapat mencair, mengurai ketegangan yang
timbul dari rasa malu yang biasanya terjadi pada malam pertama. Dalam hal jima'
inipun seorang suami dituntut untuk berbagi kepuasan dan kenikmatan bersama
pasangannya. Rosulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda :
“Apabila salah seorang diantara kamu menjima’ istrinya, hendaklah
ia menyempurnakan hajat istrinya. Jika ia mendahului istrinya, maka janganlah
ia tergesa meninggalkannya.” (HR. Abu
Ya’la)
Artinya bahwa seorang suami yang telah merasakan puncak kepuasan
(orgasme), diperintahkan untuk menunggu istrinya agar sama-sama merasakannya.
Oleh karena itu Rosulullah berkata kepada sahabat Jabir rodhiallahu'anhu : هلا بكرا تلاعبها و
تلاعبك, "mengapa
bukan gadis, (agar) engkau dapat bercumbu dengannya dan iapun dapat bercumbu
denganmu."
Sungguh sangat luar biasa ajaran yang dibawa oleh Nabi kita
Muhammad shallallahu'alahi wasallam, bagaimana tidak..?! selain merasakan
kenikmatan berhubungan badan, ternyata juga mendapatkan pahala. Ajaran Islam
juga mengatur bagaimana caranya agar mendapatkan keturunan yang sholeh dan
sholehah, diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas rodhiallahu'anhu bahwa
Nabi shallallahu'alahi wasallam bersabda :
لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ:
بِسْمِ اللهِ, اَلَّلهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا
رَزَقْتَنَا, فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِيْ ذَلِكَ لَمْ
يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا.
“Seandainya jika salah seorang dari mereka
akan mendatangi istrinya berdo’a dengan mengucapkan:”Allahumma jannibnas
Syaithan wa Jannibis Syaithan ma Razaktana” (Ya Allah jauhilah kami dari
syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa yang akan Engkau beri (anak
keturunan).Maka apabila mereka ditakdirkan mendapatkan anak dengan sebab
hubungan itu, maka anak itu tidak akan diganggu syaithan selamanya.” (HR. Bukhori Muslim)
Selain itu, Islam juga membolehkan bagi pasangan suami istri untuk
melakukan apa saja yang dapat membuat mereka semakin menikmati jima' tersebut.
Akan tetapi syari'at melarang bagi suami istri untuk menceritakan kisah
kasihnya (hubungan badannya) kepada orang lain. Dari Abu Sa'id Al-Khudriy
rodhiallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya seburuk-buruk manusia kedudukannya di sisi
Alloh pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang menuaikan
hajatnya kepada seorang wanita (istrinya) dan ia menunaikan hajatnya kepada
laki-laki tersebut (suaminya) kemudian laki-laki tersebut menyebarkan
rahasianya.” (HR. Ahmad)
Bersambung in sya Allah..
Madinah Nabawiyah, 20-06-1435 H.
Tweet

0 comments:
Post a Comment