Ada Baiknya Direnungkan bag.6-10

, by Unknown




Ada Baiknya Direnungkan bag.1

"Masya Allah tulisan antum bagus-bagus ustdz.."

"Masya Allah postingan-postingan antum sangat menyentuh.."

"Waah..statusnya dilike oleh 1000 orang dan telah dishare oleh 500 orang.."


Aduhai..sekiranya para pembaca mengetahui hakikat si penulis, niscaya takkan ada satu orang pun yang membaca tulisannya.

Seandainya para pembaca mengetahui dosa dan maksiat yang telah dilakukan si empu status ketika ia bersendiri, niscaya tidak ada satupun orang yang mau menoleh apalagi meng-like postingannya.

Kalau bukan karena Allah As Sittir, Yang Maha Menutupi aib-aib hamba-Nya niscaya tidak ada satu orang pun yang ingin berteman dengannya.

Oleh karena itu, bagi para penulis apapun dan di media manapun, jangan terlena dengan pujian yang orang lain berikan. Apalagi sampai menimbulkan ujub, bangga dengan diri sendiri.

Usahakan setiap huruf yang kita tulis benar-benar ikhlas mengharap keridhoan Allah Jalla Jalaluhu, bukan karena ingin dipuji, dilike, dishare, dan lain sebagainya.

Sehingga setiap kata yang kita rangkai dapat dipertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah Tabaroka wa Ta'ala, dan agar kalimat yang kita susun hujjatan lana laa 'alaina (menjadi hujjah bagi kita bukan yang menghujat kita).

Wallahuta'ala A'la wa A'lam...
Nasihat buat diri sendiri, juga kawan sekalian...





ada baiknya direnungkan bag.2

Ahibbatii..
Kita semua pasti pernah merasakan rasa rindu kepada keluarga; orang tua, adik kakak, anak istri disaat kita berpisah dengan mereka..

Betapa gembiranya kita bila dapat kembali bersua..

Tapi apakah kerinduan itu juga ada untuk Robb alam semesta yang telah menciptakan kita semua..?!

Robb yang maha mengasihi hamba-hamba Nya melebihi kasih sayang orang tua kepada anaknya..

Keridhoan slalu mendahului Murka-Nya..

Tidak pernah berhenti memberi meski sedikit sekali yang bersyukur atas nikmat yang diberi..

Semoga Allah menganugerahkan kita rasa rindu kepada-Nya..
Kerinduan yang berporos dari cinta..
Cinta yang dapat mengantarkan kita ke surga..
Di surga kita kan melihat Wajah-Nya yang maha sempurna..




Ada baiknya direnungkan bag.3

MUFTI FACEBOOK

Biasanya jika seorang telah 'diustadzkan' di dunia maya ini akan ditanya tentang permasalahan agama; 

"Ustadz..apa hukumnya bla..bla.."

"ustadz..kalau misalnya begini, bolehkah kita begitu..?"


Lantas yang diustadzkan ini tidak mau jika kredibilitas keilmuannya diragukan;

"saya ini mahasiswa timteng, harus bisa jawab.." atau 

"saya ini murid syeikh fulan/ustadz fulan, malu kalau tidak bisa jawab.." gumam sebagian orang yang diustadzkan.

Lalu dengan tergesa-gesa ia pun menjawab setiap pertanyaan dari;
1) permasalahan yang belum dikuasainya, 
2) terlebih lagi masalah kontemporer, 
3) bahasan yang pelik dan rumit, 
4) dan masalah yang dapat membuka pintu keburukan. 

Baik yang dikirim via inbox atau dikomentar-komentar statusnya tanpa muroja'ah atau bertanya kepada orang yang lebih 'alim darinya agar jawaban yang diberikan benar-benar sesuai dengan al-Qur'an dan as-sunnah dengan pemahaman sahabat rodhiallahu'anhu. akhirnya si penanya pun mengamalkan apa yang telah 'difatwakan' mufti facebook, atau bahkan memberitahukan persoalan tsb kepada orang lain. Jika ternyata jawaban yang diberikan salah, maka yang menanggung dosanya adalah 'mufti facebook' yang tidak hati-hati dalam memberikan jawaban..Allahummahgfirlanaa..

Rosulullah shallallahu'alahi wasallam bersabda :

من أفتي بغير علم كان إثمه على من أفتاه

"Barang siapa yang berfatwa tanpa ilmu, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memberinya fatwa." (HR. Abu Daud : 3657)

Ahibbatii..untuk apa malu dengan suatu yang semu (pujian manusia), bukankan para sahabat rodhiallahu'anhum adalah sebaik-baik generasi yang paling memahami agama ini, tapi lihatlah kewaro'an mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Barro' : 

"Sungguh aku telah melihat 300 orang sahabat yang ikut perang badr, tidak ada satupun diantara mereka (apabila ditanya) melainkan mereka lebih menyukai untuk mencukupkan sahabat yang lain dalam berfatwa."

Ibnu Abi Laila berkata : 

"Aku mengetahui 120 sahabat Nabi shallallahu'alai wasallam dari kalangan anshor, ketika salah satu diantara mereka ditanya tentang satu masalah, maka permasalahan ini mereka lontarkan kepada (sahabat) yang ini, lalu (sahabat) yang ini melemparkan soal tadi kepada (sahabat) yang ini, sampai-sampai pertanyaan itu kembali lagi kepada (sahabat) yang pertama, tidak ada satupun diatara mereka yang membicarakan hadits atau ditanya tentang sesuatu melainkan ingin saudaranya yang mencukupkan (jawaban dari pertanyaan itu)."

sebelum saya akhiri, ada baiknya kita camkan baik-baik pernyataan Ibnu Mas'ud ini :
من أفتى الناس عن كل ما يسألونه فهو مجنون
"Barang siapa yang berfatwa kepada manusia setiap yang mereka tanyakan maka ia adalah orang gila."

Imam Malik pernah ditanya 48 masalah, dan sebanyak 32 masalah beliau berkata : "saya tidak tahu."

Syeikhuna, syeikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbad hafidzohullah muhaddits negri hijaz abad ini di dalam majlis tanya jawabnya tidak jarang kami mendengar "laa adri" (saya tidak tahu).

Lantas selevel kita ini mengapa enggan untuk mengucapkan "saya tidak tahu.."???
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita bila pernah memberikan fatwa yang salah.

Wallahuta'ala A'la wa A'lam..
____________
06-07-1435 H



ada baiknya direnungkan bag.4

NYUNNAH DENGAN SUNNAH

Sebuah pelajaran yang menurut saya sangat berharga, kejadian yang diceritakan oleh guru kami saat menjelaskan salah salah hadits dari kitab shohih Bukhori kurang lebih satu tahun lalu. Disela-sela penjelasannya, beliau -hafidzohullah- menceritakan sebuah kisah singkat namun sarat akan makna, kurang lebih begini kisahnya :

"Suatu saat di sebuah mesjid (kurang jelas tepatnya dimana) setelah sholat, jama'ah biasanya bersalam-salaman,nah..saat itu ada salah seorang jamaah (orang mesir) yang ingin bersalaman dengan seseorang yang 'nyunnah'. Ketika jama'ah tsb ingin bersalaman dengannya seketika ia (dengan tegas) mengatakan : "BID'AH..!!!" sambil menepis tangan yang menjulur dihadapannya, seketika jamaah tersebut berkata : "APAKAH CARA ANDA INI (BERKATA KURANG SOPAN DAN KASAR MENEPIS TANGAN) TERMASUK SUNNAH..???"

[selesai cerita]

Ya Subhaanallah..mendengar cerita tersebut serentak ruang kelas bergemuruh oleh suara mahasiswa yang masing-masing berkomentar. Tidak termasuk saya yang hanya mampu 'geleng-geleng kepala'. Dalam hati saya hanya bisa bergumam meng-iya-kan kenyataan pahit yang banyak terjadi dan dialami oleh mereka [dan mungkin saya salah satunya] yang dengan lantang menyuarakan sunnah, akan tetapi terjatuh pada kesalahan fatal yang berdampak negatif terhadap dakwah sunnah itu sendiri. Allahul Musta'aan, ampunkan kami ya Ghoffar..

Ahibbati..sungguh sunnah itu ialah akhlaq mulia, kelemah lembutan, sopan santun dan akhlaq yang mulia itu adalah sunnah, sunnah yang saat ini telah tersisihkan. Dan BETAPA BANYAK KAUM MUSLIMIN YANG MENOLAK ATAU MEMBENCI SUNNAH DIKARENAKAN KEBURUKAN AKHLAQ PENJUNJUNG SUNNAH ITU SENDIRI..!!

So..mulai saat ini mari kita mengamalkan, mengajak orang lain pada sunnah dengan sunnah akhlaq yang telah dicontohkan Baginda Rosul Muhammad sallahu 'alaihi wasallam NYUNNAH DENGAN SUNNAH..
wallahua'lam..
___________
06-07-1435 H.



ada baiknya direnungkan bag.5

DARI UJIAN UNTUK UJIAN

Bagi seseorang yang pernah menempuh dunia pendidikan formal, pastinya pernah menjalani yang namanya ujian atau ulangan. Yang ingin saya tanyakan;

1) Apa yang kawan-kawan persiapkan untuk menghadapinya..?!
2) Bagaimana rasanya ketika hari H-nya beberapa jam atau menit lagi tiba..?!
3) Bagaimana rasanya disaat diuji baik lisan maupun tulisan..?!
4) Bagaimana rasanya jika tidak bisa menjawab soal-soal ujian..?!
5) Bagaimana rasanya ketika kita mengetahui jika jawaban yang kita tulis sewaktu ujian salah..?!
6) Bagaimana rasanya disaat hasil ujian atau nilai raport keluar..?!
7) Bagaimana rasanya setelah melihat hasilnya tidak lulus karena jelek nilainya..?!

Mari kita jawab masing-masing, setelah itu kita bayangkan jika ujian yang akan kita hadapi adalah ujian di akhirat nanti.

Ahibbati..sungguh hidup dan matinya manusia adalah ujian, Allah Ta'ala berfirman :

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk : 2)

Di dunia kita akan diuji dengan dengan berbagaimacam cobaan, musibah, dan lain sebagainya, Allah Ta'ala berfirman :

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS Al Baqarah 155)

Sedangkan di akhirat kelak kita akan diuji atau ditanya dengan beberapa pertanyaan yang akan menetukan nasib kita, surga atau neraka. Diawali dengan pertanyaan :
a) Siapa Robb-mu?
b) Apa agama-mu?
c) Siapa lelaki yang pernah diutus kepada-mu?

selanjutnya setelah manusia dibangkitkan dari alam kuburannya kembali akan ditanya :
e) tentang umur kemana ia habiskan..?
f) tentang ilmu bagaimana ia mengamalkannya..?
g) tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya..?
h) serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya..?

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

Jika untuk ujian di dunia kita bersungguh-sungguh belajar untuk menghadapi ujian, maka kenapa kita MALAS BERAMAL untuk menjawab ujian diakhirat..?!

Jika beberapa jam atau menit lagi waktu ujian akan tiba jantung kita akan berdebar, khwatir kalau tidak bisa menjawab soal, maka mengapa untuk ujian diakhirat kita masih BERLEHA-LEHA..?!

Jika tidak bisa menjawab soal ujian di dunia kita akan merasa cemas, was-was kalau nilainya jelek, maka bagaimana rasanya ketika di akhirat kita tidak bisa menjawab satu soal saja..?!

Jika ternyata jawaban yang kita tulis semasa ujian salah kita akan merasa kecewa, ingin sekali mengulang ujian yang telah usai, maka bagaimana rasanya jika kelak ternyata amalan kita di dunia banyak yang tidak diterima (karena tidak ikhlas misalnya), tentunya akan lebih merasa kecewa dan menyesal. Ingin sekali rasanya dikembalikan ke dunia :

رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

(Mereka berkata), "Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin.” [QS. As-Sajdah (32) :12]

Jika nilai ujian tidak memuaskan atau bahkan tidak lulus kita akan sangat bersedih sekali, maka bagaimana jika ternyata amal ibadah kita tidak cukup untuk masuk surga..?! (wal'iyadzubillah..) 

"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya. Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka dia akan berteriak:”Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (naar)." (QS. Al-Insyiqoq : 7-12)

Akhirnya marilah kita bersama-sama bersungguh-sungguh mempersiapkan bekal berupa amal ibadah yang akan menjawab semua pertanyaan di akhirat kelak, sehingga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung.

"Dan berbekalah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa." (QS. Al Baqarah :197)

Wallahuta'ala A'la wa A'lam...
____________
09-07-1435 H.

0 comments:

Post a Comment