SYEIKH BIN BAZ & PENGHORMATAN BELIAU TERHADAP ULAMA

, by Unknown

Malam ini adalah pertemuan pertama, murid sekaligus menantu Syeikh Ibnu Utsaimin rohimahullah, Syeikh Dr. Kholid Mushlih hafidhohullah mengisi kajian di Masjid Nabawi.

Di sela-sela penjelasan beliau terkait muqoddimah yang ditulis oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rohimahullah di dalam kitab beliau Bulughul Marom, Syeikh menceritakan kejadian yang beliau dengar dan saksikan sendiri, kurang lebih begini kisahnya :

Suatu saat, di sebuah majlis ilmu yang diisi oleh Syeikh Bin Baz rohimahullah, ketika sang qori’ (orang yang biasanya membaca kitab sebelum Syeikh menjelaskannya) mulai membaca :

قال ابن كثير رحمه الله

“Ibnu Katsir rohimahullah berkata,”

Karena sang qori langsung menyebut Ibnu Katsir, maka Syeikh menegurnya,

الإمام

“Al-Imam,” (Seorang Imam)

Pinta Syeikh kepada sang qori untuk menambah kata ‘Al-Imam’ sebelum menyebut Ibnu Katsir.

Lalu sang qori kembali mengatakan :

قال الإمام ابن كثير

“Al-Imam Ibnu Katsir berkata,”

Mendengar kalimat ‘rohimahullah’ luput dari lisan sang qori, Syeikh kembali mengingatkan :

رحمه الله

“Rohimahullah,” (Semoga Allah senantiasa merahmatinya)

Karena beberapa kali ditegur, sang qori pun akhirnya terjaga dan berkata :

قال الإمام العلامة ابن كثير رحمه الله

Mendengar itu, syeikh lantas berkata :

وأحسنوا إن الله يحب المحسنين

“Dan berbuat baiklah kalian, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik..!”

Selesai...
_________
MasyaAllah..! Begitu mulianya akhlak Syeikh Bin Baz rohimahullah. Betapa hormatnya beliau kepada para ulama, sampai-sampai dalam hal penyebutan nama saja harus sedemikian rupa.

Demi Allah..! Sungguh sangat jauh berbeda dengan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh ahlul bida’ wa ahwa (pengekor hawa nafsu), oleh orang-orang yang memerangi dakwah tauhid, dakwah sunnah yang dibawa oleh Syeikh rohimahullah.

Di Universitas Islam Madinah sendiri, kami sering kali di ingatkan akan pentingnya menghormati dan memuliakan ulama, termasuk ketika membaca kitab-kitab karya mereka rohimahullah. Di saat ingin membaca kitab shohih Bukhori misalnya, tidak boleh langsung membaca haditsnya seperti “Haddatsanaa fulaan, wa haddatsanaa fulaan, dst..”. akan tetapi harus mengatakan penyusunnya terlebih dahulu, “Qoola Al-Imam Al-Bukhori rohimahullah, dst..”

Maka alangkah kejinya orang-orang yang mengatakan bahwa masyayikh Saudi (yang mereka gelari dengan salafi wahabi) tidak hormat terhadap para ulama, suka mentahrif kitab-kitab ulama, dan sebagainya. Sebab kenyataannya, terhadap penyebutan nama saja mereka sangat berhati-hati, apalagi sampai mengubah karya mereka rohimahullah ajma’in.

Dan, akhirnya saya tutup kisah singkat ini dengan perkataan Imam Ahmad rohimahullah :

لحوم العلماء مسمومة؛ مَن شمها مَرِضَ، ومَن أكَلَها مات


“Daging para ulama itu beracun, Barang siapa yang menciumnya, ia akan sakit. Dan barang siapa yang memakannya, ia akan mati.”


Sekian, semoga ada manfaatnya..

_______
Madinah, 18 Muharrom 1437 H
Ibnu Hilmy Hedi Kurniadi El-Borneowy

0 comments:

Post a Comment