Kenapa Harus Wahhabi (bag.1)

, by Unknown




Beberapa hari terakhir ini, baik di dunia nyata maupun maya, kita diusik oleh sebagian golongan yang saling “tunggang menunggangi”. Meski sebagian pengamat menyebutnya dengan kesimpulan prematur, tapi itulah kenyataannya, kenyataan bahwa kesimpulan prematur itu suatu saat akan keluar dari tabungnya dan akan menjadi kesimpulan yang normal.

“Musuh kita satu, sama-sama wahabi,” ujar para penunggang itu.

Kalau penunggang asal majusi persia itu memang sudah dari zaman khalifah ‘Utsman bin ‘Affan rodhiallahu ‘anhu yang memendam permusuhan, dendam kesumat kepada orang-orang yang mengikrarkan dirinya sebagai penjejak sunnah nabawiyyah, dan sejak zaman itu pula mereka sudah mulai main tunggang-tunggangan, ya...menunggang ahlu bait untuk menghancurkan apa yang dibawa oleh ahli bait sebenarnya. Kita tahu bahwa TIDAK ADA SATU PUN ahli bait Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mempunyai aqidah layaknya orang orang-orang yang “menggonggong”, mendeklarasikan, dan mendengung-dengungkan slogan “cinta ahlu bait” saat ini, padahal kenyataan yang ada baik dari kitab-kitab ulama mereka (sebut saja al-kulaini, al-majlisi, al-khuu’i, al-qummi, at-tuusi dst) maupun yang masih hidup -hadahumullah ila ‘aqidati ahli bait- sangat jauh berbeda dengan apa yang di bawa oleh ahli bait sendiri.

Ada pun penunggang yang satunya, memang sudah ditaqdirkan untuk eksis di dunia ini. Sebagaimana Allah menciptakan siang dan malam, gelap dan terang, hitam dan putih, panas dan dingin, Allah juga menciptakan As-sunnah dan Al-bid'ah. Sunnah termasuk dalam ketetapan yang Allah cintai dan ridhoi (irodah syar'iyyah diniyyah) sedangkan bid'ah adalah salah satu ketetapan yang harus terjadi (irodah kauniyyah qodariyyah) dimaksudkan agar muncul darinya sesuatu yang Allah senangi, seperti taubatnya orang yang selama ini mengamalkan ibadah yang tidak disyari’atkan, mujahadah/kesungguhan orang untuk menjalankan sunnah, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, diharapkan kepada kaum muslimin yang prinsip hidupnya berpatokan dengan apa yang ada di kitabullah dan sunnah Rosulillah bersabar dalam menghadapi perseteruan, trus ber-amar ma'ruf dengan cara yang ma'ruf, dan mencegah yang mungkar dengan cara yang tidak mungkar.
Wallahu Ta’ala A’lam wa Ahkam
sekian, terima kasih.

________________
MED, 21/03/1435 H

0 comments:

Post a Comment