Berbagi Tips Agar Diterima di Jami'ah Islamiyah

, by Unknown




Tidak diragukan lagi bahwa Jami'ah Islamiyah atau Universitas Islam Madinah adalah salah satu destinasi dambaan seorang tholib ‘ilmi syar’i. Bagaimana tidak, dengan berbagai keutamaan yang ada di kota Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini, seperti mulazamah atau talaqqi langsung dengan pewaris para Nabi sholaatullahi wa salaamuhu 'alaihim (para masyayikh), dapat sholat di Masjid Nabawi, Umroh dan haji, serta keistimewaan-keistimewaan lainnya.

Inilah cita-citaku dahulu, sekitar 4 tahun lalu pernah menghujam kuat di palung hati. setelah menyelesaikan pendidikan jenjang sekolah menengah atas, di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur, tepatnya di Pondok Pesantren Darul Istiqomah Maesan Bondowoso, ku mencoba mengirim (murosalah) berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pendaftaran mulai dari Ijazah, SKCK, surat keterangan dokter, akta kelahiran, tazkiyah, dan yang lainnya. 

Tips pertama bermula disini, berdo'alah..!!

Setelah ikhtiar, maka giliran do’a yang berjuang. Masih terngiang-ngiang lafadz do’a yang ku panjatkan sejak hari itu, “Allahummaj’alnii min ahadit thullabi bil jaami’ah al-islamiyah” (Duhai Allah, jadikanlah daku salah satu mahasiswa Jami’ah Islamiyah).

Do’a sapu jagat inilah yang selalu ku lantunkan pada saat posisi seseorang benar-benar menjadi hamba, yaitu sujud. Setiap setelah membaca “Subhaana Robbiyal A’la” kusisipkan potongan do’a tadi, berharap suatu saat do’a ini diijabah oleh Robb yang lebih dekat kepada hamba-Nya melebihi urat leher unta tunggangan. Rosulullah shallallahu ‘alaihi  wasallam bersabda :

وَالَّذِى تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَةِ أَحَدِكُمْ

Yang kalian seru adalah Rabb yang lebih dekat pada salah seorang di antara kalian daripada urat leher unta tunggangan kalian.”


Allah Ta’ala juga berfirman : 

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)


Hari-hari pun berlalu hingga tak terasa satu tahun lamanya daku menunggu, namun nampaknya rezeki itu belum menghampiriku. Setelah menyelesaikan pengabdian, ku alihkan  keinginan untuk melanjutkan dirosah ke salah satu Universitas Islam tertua yang ada di negri bekas jajahan fir'aun yang takabbur itu, dulu.

sambil menunggu waktu pendaftaran, ‘iseng-iseng’ mendaftarkan diri di salah satu kampus milik Kerajaan Saudi, kampus biru mereka menyebutnya. Eh..tak disangka dari kami berempat [teman seangkatan di pondok, dan pada tahun berikutnya dua orang dari mereka akhirnya diterima di kampus yang sama, sedangkan yang satunya berhasil melanjutkan ke Al-Azhar, cairo] yang keterima hanya diriku, itu pun harus menunggu satu semester berlalu dan mulai masuk pada tahun ajaran baru.

Singkat cerita, setelah diskusi dan musyawarah dengan beberapa senior, aku pun memutar haluan semula ingin meneruskan di Al-Azhar kemudian berubah dan menetapkan pilihan dengan mantab pada kampus biru, “Sambil menunggu hasil murosalah lagi,” gumamku dalam hati.

Dan memang pada saat itu, kembali kupautkan harapan yang dulu pernah kubangun dengan menitipkan berkas-berkas pendaftaran ke salah satu tholib Jami'ah yang hendak kembali ke Madinah setelah liburan musim panas, tentu saja diimbangi dengan do’a dalam sujud. Ku jatuhkan pilihan berdo’a dalam posisi sujud sebab, 

  أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَسَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Keadaan yang paling dekat seorang hamba dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).” (HR.Muslim)


Sembari meminta dukungan pasukan do’a dari ibunda tercinta,  do’a khusus untuk buah hatinya,

ثلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.(HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797).


Waktu terus bergulir, mengitari harapan yang tak pernah hilang, satu tahun kembali berlalu tanpa ada panggilan. Sempat ada berita gembira yang datang, ada kabar muqobalah di GONTOR Ponorogo Jawa Timur, namun sayang aku tak bisa datang sebab waktu itu liburan akhir semester dan posisiku sudah di kampung halaman, ah..sudah nasibku memang.

Ditahun kedua, kabar muqobalah kembali muncul ke permukaan, semua berkas pendaftaran pun telah kusiapkan. Setelah libur panjang, muqobalah untuk yang kedua kalinya setelah sempat terhenti bertahun-tahun pun kembali diadakan, kupilih muqbalah yang ada di Pesantren Darunnajah, Jakarta. Setelah itu do’a kembali kupanjatkan, masih dengan do’a yang sama, do’a dua tahun silam.

Untuk yang ke tiga kalinya, satu tahun kembali menyisir waktu. Saat itu ku berada di rumah, kutunggu-tunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru di bulan rajab, sebagaimana pengumuman tahun lalu jatuh pada bulan itu. Akan tetapi, sampai bulan Romadhon datang, tak ada kabar kelulusan, hampir pupuslah harapan. Akhirnya ‘banting setir’, kuputuskan untuk mempersunting gadis pilihan.


Tips kedua, menikahlah...!!

Singkat kata singkat cerita aku dan dia pun akhirnya mulai membangun cinta tanpa bermodal apa-apa kecuali 2 gram emas putih yang akan kulingkarkan di jari manisnya. Namun sebelum hari H tiba kukabari terlebih dahulu calon istri ku, bahwa calon abangnya sayang ini masih menunggu pengumuman kelulusan Madinah [masih memendam harapan], jika nanti keterima apakah siap ia ditinggal sementara [padahal empat tahu lamanya], setelah berkata siap, maka janur kuning pun melengkung disaat yang tepat.

Rajab, sya’ban, Ramadhon..tiga bulan masa telatnya, sempat juga ada kabar burung dari gurun sahara yang hinggap di telinga ku mengabarkan bahwa untuk tahun itu tak ada penerimaan mahasiswa baru, terasa makin terkubur harapan itu.

Masa liburan pun usai, kugandeng istriku [truk aja punya gandengan] tinggal bersama di jakarta, sekali lagi tak bermodal apa-apa kecuali beberapa lembar rupiah yang seketika habis ditelah ibu kost [bayar kost-kostan]. Terkadang ku juga heran dengan model atau cara berfikirku ini, ntah dari mana keberanian itu datang, padahal hidup di kota metropolitan seperti Jakarta ini susah dan menantang. Mengharapkan mukafaah takmili 250 ribu [yang kadang 6 bulan sekali baru mencair saking bekunya] plus gaji ngajar TPA 150 ribu total 400 ribu untuk sebulan yang hanya cukup buat bayar kost DOANG.

Mungkin prinsip hidup yang membuat nyaliku tidak ciut, prinsip dan keyakinan yang mengakar bahwa Allah Ta’ala tak akan pernah mengingkari janji-Nya dan menolong hamba-Nya yang menikah dengan niat menjaga diinnya.

Allah berfirman :

إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. An Nuur: 32). 

Perihal ayat ini, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

التمسوا الغنى في النكاح

“Carilah kekayaan (hidup berkecukupan) dengan menikah.” 

Rosulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda :

ثلاثة حق على الله تعالى عونهم : أحدهم... و الناكح الذي يريد العفاف    

"Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah Ta’ala : -salah satunya ialah-Seorang lelaki yang menikah guna menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah (zina)." 

Belum genap dua pekan kami berada di Jakarta, tiba-tiba pada suatu malam ku dikejutkan oleh no asing panggilan tak terjawab, lalu ku miscall dan seketika HP ku berdering kembali, “akhi ini fulan, antum keterima di Jami’ah, coba di cek lagi di internet..”

Bergegas ku nyalakan komputer yang ada diruang guru [saat itu pas mengajar TPA] dan ternyata nama ku, ya...nama ku masuk dalam rentetan nama-nama mahasiswa yang diterima di Jami'ah Islamiyah. “Allaahu Akbar..!” spontan aku dan temanku yang sama-sama keterima berteriak, bertakbir karena rasa haru, kemudian bersujud, bersyukur akhirnya do’a yang kupanjatkan selama 3 tahun diijabah, terlintas juga dibenakku “mungkin ini salah satu keberkahan dari pernikahan yang telah Allah Ta’ala janjikan,” Allahu Akbar…!!

Sekian, semoga secuil pengalaman ini bermanfaat bagi antum yang hampir berputus asa. Teruslah berusaha, lalu berdo’a kepada Allah Robb alam semesta.

__________
Madinah Nabawiyah, 28-04-1435 H.
Diedit ulang pada tanggal 03/03/1436 H.
Abu ‘Abdisy Syafi Hedi Kurniadi bin Helmi

0 comments:

Post a Comment