AL-MU'ALLU (Sebab, Metode, dan Letak 'Illah) bag.2

, by Unknown



Sebab 'Illah
Setiap hadits mu'all yang ada di dunia ini, semuanya kembali pada dua perkara :
1) At-Tafarrud
2) Al-Mukholafah, dan ini yang banyak.

Tidak semua ikhtilaf (perbedaan riwayat) disebut 'illah, begitu juga dengan tafarrud (menyendiri dalam periwayatan), tidak semuanya dikatakan 'illah, akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah qorooin dan sumber haditsnya serta apa saja yang diketahui dari keadaan, derajat rowi dan yang diriwayatkan.

Sebab yang pertama, At-Tafarrud.
gambarannya : seorang rowi yang bersendiri dalam meriwayatkan hadits dan tidak ada rowi lain yang menyebutkan hadits tersebut selain dirinya.
Dan ini memungkinkan adanya 'illah, maka yang harus diperhatikan adalah keadaan tafarrud itu sendiri, jika termasuk bagian dari tafarrud yang mu'tabar, rowinya tsiqoh, tidak menyelisihi riwayat rowi lain, seperti hadits Al-Jasaasah di dalam shohih Muslim, sebab ia tidak meriwayatkan haditsnya kecuali dari jalur Fathimah binti Qois, dan darinya tidak ada rowi lain yang meriwayatkan kecuali Asy-Sya'bi 'Amir bin Syarohbiil, maka haditsnya diterima, dan ini merupakan jawaban dari Al-Afrood (hadits-hadits dari rowi tafarrud) yang terdapat di dalam shohihain.
Akan tetapi sebagian ulama mensyaratkan adanya qorinah-qorinah, seperti masa mulazamah yang lama, jika tidak demikian maka periwayatannya berhenti sampai disitu, dan jika terdapat dho'if maka haditsnya tidak diterima.

Sebab yang kedua, Al-Mukholafah.
Sejatinya 'illah itu tidak dapat diketahui kecuali setelah pengamatan yang mendalam, dan kebanyakan hadits mu'allu bersumber dari mukholafah, seperti hadits "musii as-sholah" yang diriwayatkan dari dua jalur yang berbeda :

a) Ibnu Numair, Abu Usamah, Usamah bin Zaid Al-Laitsi dan jama'ah, dari 'Ubaidullah Al-'Umariy, dari Sa'id Al-Maqburiy, dari Abi Huroiroh.
b) Yahya bin Sa'id Al-Qotthon, dari 'Ubaidullah Al-'Umari, dari Sa'id, dari Bapaknya, dari Abi Huroiroh.
Jalur yang pertama diriwayatkan tanpa 'an abiihi (dari Bapaknya), dan riwayat ini diselisihi oleh Yahya bin Sa'id Al-Qotthon [dia adalah perowi 'Ubaidullah Al-'Umari yang paling tsabt] yang mana didalam riwayatnya terdapat tambahan satu rowi yaitu Bapaknya Sa'id.

Ulama berbeda pendapat dalam memandang hadits ini, sebagian ulama mengatakan bahwa riwayat kedua-duanya shohih. sebab Sa'id Al-Maqburi terkadang meriwayatkan atau mendengar langsung dari Abu Huroiroh, dan terkadang melalui perantara Bapaknya. Sebagian yang lain mengatakan bahwa riwayat yang pertamalah (diriwayatkan oleh banyak rowi) yang shohih, dan sebagian lagi mengatakan bahwa yang shohih adalah riwayat Yahya Al-Qotthon, sedangkan riwayat jama'ah terdapat 'illah yaitu al-inqitho' (terputus sanadnya) sebagaimana yang disebutkan oleh Daroqutniy di dalam kitabnya Al-'Ilal wa At-Tatabbu'.

Metode Mengetahui 'Illah
1) Mengumpulkan thuruq atau jalur-jalur hadits. Ibnu Sholah menukil dari Al-Khotib Al-Baghdadiy di dalam kitabnya Al-Jaami', Ia berkata :Dan tatacara untuk mengetahui 'illah sebuah hadits adalah dengan cara mengumpulkan jalur-jalur hadits tsb...”
Ibnu Madiniy berkata : “Illah sebuah hadits barangkali baru dapat diketahui setelah 40 tahun.” 
Beliau juga berkata : “Suatu bab (hadits) jika tidak dikumpulkan jalurnya maka tidak akan tampak letak kesalahannnya.”
Imam Ahmad berkata : “Sebuah hadits jika belum dikumpulkan jalurnya tidak akan bisa difahami.”
Ibnu Ma'in berkata : “Sekiranya kami tidak menulis hadits dari 30 jalur niscaya kami tak dapat mencernannya.”
Ibnu Abi Hatim berkata : : “Seandainya kami belum menulis hadits dari 60 jalur maka kami tidak bisa mencernanya.”

2) Memperhatikan perbedaan dan persamaan riwayat yang terjadi diantara para rowi.
Seperti hadits Waail bin Hujr al-kindiy yaitu hadits isyarat dengan jari ketika tasyahhud, sejumlah rowi meriwayatkan hadits tersebut dengan lafadz isyarat saja, sedangkan pada jalur lain Zaidah bin Qudamah ber-tafarrud dengan tambahan lafadz "menggerak-gerakkannya" yaitu "telunjuknya" dan penambah ini tsiqoh.

3) Menimbang ke-dhobitan dan ke-mutqinan para rowi.
Yaitu membanding-bandingkan anatar riwayat-riwayat yang berbeda sesuai dengan kaidah ahli hadits. seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy'ari "tidak ada (tidak sah) pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi" diriwayatkan secara mursal dan muttashil, dan dikatakan jika yang rojih adalah riwayat yang mursal yang diriwayatkan oleh 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin Abi Burdah dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam. dikatakan pula yang rojih adalah yang diriwayatkan oleh banyak rowi dan ini adalah madzab Bukhori. Hadits tersebut juga diriwayatkan secara muttashil dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin Abi Burdah dari Abi Musa dari Rosulullah shallallahu'alaihi wasallam.

4) Mengamati qorinah-qorinah pada rowi dan yang diriwayatkan.

Letak 'Illah
'Illah biasanya terjadi pada isnad dan ini yang paling banyak, didalam matan hadits, dan kedua-duanya sekaligus. Sebuah hadits boleh jadi cacat isnadnya namun matannya shohih dengan isnad lain, seperti hadits إنما الأعمال بالنيات terdapat 'illah pada hadits Abi Sa'id akan tetapi shohih dari hadits 'Umar rodhiallahu'anhuma.

Atau boleh jadi isnadnya terdapat 'illah dan mempengaruhi keshohihan matan hadits seperti hadits basmalah.
Dan 'illah atau cacat itu terkadang terdapat pada isnad, namun tidak berpengaruh terhadap matan hadits seperti hadits البيعان بالخيار salah satu rowinya melakukan kesalahan yaitu Ya'la bin 'Ubaid Ath-Thonaafisiy yang mana ia adalah syeikhnya Bukhroi, meriwayatkan dari Ats Tsauri dari 'Amr bin Dinar, dari Ibnu 'Umar, dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam : البيعان بالخيار (al-hadits). Disini Ya'la telah menyelisihi para Imam yang tsiqoot dari sahabat Ats Tsauri seperti Abu Nu'aim, Muhammad bin Yusuf Al-Faryaabiy, Mikhlad bin Yazid, 'Ubaidullah Al-'Abasiy dan lainnya, maka penisbatan 'Amr bin Dinar adalah wahm dan sebuah kesalah dari Ya'la, padahal yang benar adalah 'Abdullah bin Dinar, dari Ibnu 'Umar.

Peringatan..!! : ketika kita menghukumi keshohihan matan hadits, bukan berarti isnad hadits tersebut juga shohih. Adanya 'illah dalam isnad mengharuskan dhoifnya isnad tersebut tapi belum tentu pada matan.

'Illah itu seringkali terjadi pada riwayat yang :
1) Apabila terjadi ta'aarudh atau kontradiksi antara riwayat yang bersambung (الوصل) dan yang terputus (الإرسال)
2) Adanya taa'rud antara riwayat yang mauquf hingga sahabat dan yang bersambung sampai ke Nabi shallallahu'alahi wasallam.
3) Masuknya hadits lain ke dalam hadits lainnya.   

Wallahu A’lam
______________
Madinah Nabawiyah, 18/05/1435 H
sumber : catatan kami dalam mata kuliah mustholah hadits dari kitab tadribu ar-rowi karya al-hafidz As-Suyuti rohimahullah.

0 comments:

Post a Comment