Imamah dan Kepemimpinan 'Ali bin Abi Tholib dalam Kaca Mata Mantan Marja' Syi'ah

, by Unknown


Berikut ini adalah hasil wawancara marja’ syi’ah yang berasal dari Iraq Syeikh Husein Al-Muayyid hafidzohullah (yang kami alih bahasakan secara bebas dan dipotong sesuai dengan tema) untuk pertama kali hadir dilayar kaca, disalah satu stasiun televise Saudi Arabia (WeselTV).

Pembawa acara : “Dahulu ya syeikh, bagaimana pandangan anda terkait dengan ahli bait, yaitu hubungan syi’ah saat ini. Mereka mengira bahwa ahlus sunnah membenci ahli bait dan tidak mencintai mereka?”

Syeikh hafidzohullah : “Ini merupakan kesalahan, mereka menganggap bahwa mencintai ahli bait maknanya adalah mengakui imamah mereka, imamah dalam versi mereka. Namun jika anda tidak mengatakan (tidak menganggap) imam-imam mereka berarti anda tidak mencintai ahli bait, dan ini merupakan kesalahan fatal, kesalahan yang jelas dan sangat mendasar sekali. Anggapan mereka seperti ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan cinta. Anggapan tersebut dibangun oleh mazdhab tasyayyu' yang telah mempersempit batasan makna cinta, padahal perkara tersebut dapat dicapai dengan saran lainnya. Dan ini tidak ada dasarnya dari kitab dan sunnah. Malahan yang terjadi adalah pertentangan antara cinta dan kebencian mereka terhadp Sahabat rodhiallahu’anhum. Mereka telah menambah apa yang tidak ada didalam Al-Qur'an, juga mengingkari apa yang telah tercantum didalamnya. Terutama yang berhubungan dengan keutamaan dan kedudukan Sahabat yang pada asalnya sudah ada didalam al Qur'an.

Imamah sama sekali tidak disebutkan dalam al-Qur’an sedangkan kedudukan Sahabat jelas termaktub di dalam al Qur'an, maka cinta seperti apa yang mereka jadikan sebagai aqidah dan tidak ada dasarnya di dalam al-Qur’an bahkan telah menyelisi aqidah yang jelas-jelas ada didalamnya.

Pada asalnya al-ittiba’ didalam al Qur’an -dan ini sering kali saya singgung- tentu saja menurut dirosah terhadap Al-Qur'an selama ini, dan saya hitung jumlahnya ada 4 tidak ada yang ke-5, nash yang menjelaskan ittiba’ :

1) Ittiba’ kepada al-Qur’an sendiri.
2) Ittiba’ kepada Nabi-shallallahu 'alahi wasallam-
3) Ittiba’ kepada orang-orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan muhajirin dan anshor
4) Dan ittiba’ kepada jalan orang-orang beriman.

Keempat ittiba’ ini jelas termaktub dalam al-qur’an. Dan tidak ada nash ittiba' kepada ahli bait (seperti imam-imam syiah) di dalam al Qur’an.

Al-I’tishom (berpegang teguh) tidak temaktub di dalam al Qur’an kecuali di dua tempat :

1- I'tishom kepada Allah
2- I’tishom kepada hablillah (al-Qur’an atau din, tergantung tafsirnya)

Adapun I’tishom kepada imam tidak termaktub di dalam al-Qur’an.

Ar-rodd (mengembalikan urusan agama) di dalam al-Qur’an hanya terdapat pada dua tempat, tidak ada yang ketiga :

1) Ar-roddu kepada Allah Ta'la
2) dan ar-roddu kepada Rosul shallallahu 'alaihi wasallam.

Tidak ada ar-roddu kepada imam-imam yang meraka anggap selama ini.

Maka aqidah macam apa ini??? aqidah yang menjadi rukun Islam, pokok iman, penyebab diterimanya amal, asas untuk masuk syurga, pemisah antara muslim dan kafir, akan tetapi tidak ada perintah dari al-Qur'an??? 
Kiranya apa yang mendorong seseorang yang waras dan berakal untuk menerima perkara ini dengan mantap tanpa keraguan. Padahal al-Qur’an adalah sumber utama yang terdiri dari ayat-ayat muhkamah, akan tetapi mengapa tidak dijelaskan???

Seorang teman saya yang juga telah mendapat petunjuk (murtad dari syi'ah) memberikan ta'liq (catatan) yang membuat saya takjub : riwayat syi'ah mengatakan bahwa nama-nama imam mereka telah ditulis di atas ‘Arsy oleh Allah, akan tetapi Allah lupa atau tidak ditulis didalam al-Qur’an...”

Syeikh hafidzohullah berkata : “Saya menemukan sebagian mu’ammim atau pimpinan (baca :pendeta syi'ah) -dan ini bagian dari lelucon- ia mendatangkan riwayat dari Bihar Al-Anwar karya majlisi : “riwayat tersebut mengatakan bahwa Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam berbicara kepada 'Ali rodhiallahu'anhu, beliau berkata : 

أنت أمير المؤمنين و سيد الوصيين و قاعد المؤمنين يعسوب الدين و أنت الإمام من بعدي وأنت ولي لكل مؤمن من بعدي

((engkau [wahai 'Ali..] adalah pemimpin kaum muslimin, tuannya para pewasiat, panglima orang-orang beriman, pemimpin agama, dan engkau adalah imam setelahku, wali bagi setiap mukmin seninggalanku))

Riwayat ini mengatakan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam berbicara kepada ‘Ali rodhiallahu’anhu. 

Thoyyib, percakapan yang begitu sangat jelas ini, bukankah lebih pantas bagi Rosulillah shallallahu 'alahi wasallam untuk beliau utarakan kepada khayalak ramai daripada berbicara kepada 'Ali rodhiallahu'anhu sedangkan beliau ingin menegakkan hujjah terhadap Ali bin Abi Tholib???

Mengapa percakapan ini hanya terjadi diantara Nabi shallallahu 'alahi wa sallam dan Ali rodhiallahu'anhu saja??? mengapa tidak diumumkan kepada kaum muslimin pada waktu itu??? Seandainya Nabi shallallahu 'alahi wa sallam berbicara kepada kaum muslimin sahaba-sahabat Nabi pada saat berada di ghodir khum dengan perkataan seperti ini, perkataan yang sangat jelas sekali pastinya tidak akan ada perselisihan diantara mereka. 

Lalu mengapa beliau berbicara dengan lafadz yang sangat jelas tersebut di dalam kamar hanya dengan ‘Ali bin Abi Tholib dan meninggalkan perkataan yang jelas ini, hujjah yang siapa pun dapat memahaminya lalu mendatangi kaum muslimin, mengabarkan dengan perkataan yang mengandung kemungkinan-kemungkinan??? yang menyebabkan mereka berselisih,berbeda dalam pemahaman??? Ini adalah perkara yang tidak masuk akal.

Padahal siapa sebenarnya yang menyeru kaum muslimin??? apakah Nabi shallallahu 'alahi wa sallam pada saat itu berada pada posisi yang lemah??? sedangkan beliau adalah panglima yang telah menaklukkan jazirah arab. Sama sekali Nabi shallallahu 'alahi wa sallam tidak lemah untuk menyampaikan masalah ini. Bukankah karena perintah Nabi shallallahu 'alahi wa sallam kaum muslimin telah memerangi orang tua, anak-anak mereka yang kafir karena agama dan aqidah??? Lantas mengapa masalah ini tidak dijelaskan kalau memang bagian dari Aqidah??? sehingga memutus pertikaian dan perselisihin, mengapa??? Tidak ada satu alasan pun yang dapat dicerna oleh akal.

-selesai perkataan syeikh-

Maka kami katakan kepada orang-orang syi’ah, dimana kalian simpan akal sehat itu???
_____________________
Tanah haram, 21051435 H.


0 comments:

Post a Comment