Nasehat dari Mantan Marja' Syi'ah untuk Orang-Orang Syi'ah
Sebelumnya kami telah menterjemahkan wawancara Syeikh Husein Muayyid hafidzohullah (mantan marja’ syi’ah) yang kami potong sesuai dengan tema pembahasan. Kali ini kami paparkan kembali cuplikan wawancara Syeikh yang masih berputar pada pembahasan wasiat kepemimpinan kholifah ‘Ali bin Abi Tholib, apakah beliau rodhiallahu’anhu pernah mengatakannya kepada kaum muslimin. Begitu juga dengan aqidah orang-orang syi’ah yang mereka nisbatkan kepada ahli bait, apakah memang ada perintah dari ahli bait sendiri. Dan terakhir adalah nasehat syeikh hafidzohullah kepada orang-orang syi’ah.
Soal : “Sahabat ‘Ali bin
Abi Tholib rodhiallahu 'anhu hidup setelah Nabi shallallahu
'alahi wasallam wafat sekitar 30 tahun. kenapa beliau tidak
mengatakan, menyeru kepada aqidah yang diyakini syiah saat ini (wasiat Nabi
shallallahu ‘alahi wasallam untuknya), selama 30 tahun ini apakah diketahui
-terlebih ketika beliau menjabat kholifah, pemimpin kaum muslimin- jika beliau
menyebutkan dengan jelas aqidah ini?”
Syeikh hafidzohullah :
“sama sekali tidak pernah (beliau ucapkan kurang lebih 4 kali) didengar wasiat
itu darinya. Tidak pula pendalilan untuk setiap hujjah-hujjah yang digunakan
oleh petinggi-petinggi syi’ah setelah Ali bin Abi Tholib -karramallahu
wajhahu-, sama sekali tidak pernah. Dan ini menjadi bukti nyata bahwa
tasyayyu’ adalah ajaran yang dibuat buat [sebagaimana yang saya yakini, dan
saya mengarang kitab dengan judul shinaa’atu at-tasyayyu’] syi’ah
sebagai ajaran yang dibuat-buat dirumuskan setelah kegagalan 3 konspirasi :
1) Kegagalan
dalam gerakan pemurtadan.
2) Kegagalan
atas percobaan pembunuhan sahabat ‘Umar rodhiallahu 'anhu, yang
mana pada saat itu mereka menghembuskan finah, akan tetapi tidak berhasil.
3) Lalu
mereka melancarkan konspirasi politik, yang menyebabkan ‘Utsman rodhiallahu
'anhu syahid, dan terjadilah perpecahan politik. Mereka mendapatkan
bahwa perpecahan tersebut mungkin mengancam apa saja yang mengandung maslahat
secara umum, maka mereka memberikan kepada kelompok tersebut siasat atau
politik yang bersifat aqidah agar perpecahan terus abadi dan beginilah
ianya terjadi. Maka disana ada kaum dengan tsaqofah dan jama’ahnya, dan dipihak
lain dengan aqidah yang tidak memiliki bagian dari tsaqofah dan
referensi-referensi umat ini.
Soal : “Apakah anda
tidak melihat orang-orang syiah sekarang ya syeikh, dengan aqidah yang mereka
anut mengandung pengkhianatan terhadap ahli bait?”
Syeikh hafidzohullah :
“Tidak diragukan lagi itu, karena pada asalnya pemikiran atau ajaran-ajaran
tersebut sama sekali tidak dinisbatkan pada ahli bait, tidak dikatakan oleh
ahli bait, tidak pula dibangun oleh ahli bait dan mereka berlepas diri dari
orang-orang syi’ah, dan disana ada nash-nash yang mengatakan bahwa ahli bait
tidak ada sangkut paut dengan aqidah mereka.
Pembawa acara : “Sebelum
kita mengakhiri wawancara ini, kami meminta anda untuk mengatakan sesuatu
kepada orang-orang syi’ah sebagai nasihat bagi mereka.”
Syeikh hafidzohullah : “saya -wallahi- mengutarakan
kata-kata ini karena kasian kepada mereka, dan perhatian terhadap mereka, bukan
karena tujuan yang lain, karena pada hakikatnya al-qur’an telah menyinggung;
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ
أَنفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
“wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian (karena)
orang-orang yang tersesat tidak akan membahayakanmu, apabila kalian telah
mendapat petunjuk.” (Al-Maidah
:105).
Maka menurut saya pribadi, mereka yang sesat sama sekali tidak
membahayakanku, jika saya telah diberi petunjuk. Akan tetapi kasian terhadap
mereka, dan aku berpandangan bahwa termasuk kewajiban untuk mengasihani mereka
sebagai nasihat agar mereka kembali mengulangi pandangan atau tatacara berfikir
mereka. Kiranya kemana tasyayyu’ ini akan mengarahkan mereka? Dan kepada aqidah
seperti apa?.
Saat ini mereka telah
melakukan kejahatan yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, kekejian yang
mengatas namakan aqidah yang mereka anut dengan hujjah untuk membela aqidah
tersebut. Disana terdapat prilaku yang sangat jauh sekali, sangat jauh dari akhlaq
ahli bait, mereka lakukan atas nama pembelaan tasyayyu’, kemana aqidah itu akan
mengarahkan mereka? sampai kapan mereka hidup dalam keadaan semu dengan
mengklaim bahwa mereka diatas kebenaran sedang mereka tidak memiliki itu
sedikut pun. Maka paling tidak aku mengajak mereka pada proses muroja’ah (kembali
perfikir ulang) merenung dan introspeksi, serta memberikan peluang dan ruang
pada kebenaran, memberikan porsi pada akal untuk berfikir, sebab jika perasaan
(sebelumnya syeikh menjelaskan bahwa syi'ah ini lebih kepada ajaran yang
mengedepankan perasaan bukan dalil dan akal) yang mereka miliki cenderung
menguasai hati maka mereka akan selamanya seperti itu. Aku mengajak mereka
untuk memberikan kesempatan bagi diri mereka sendiri untuk menjahui atau
menghindari perasaaan yang menggebu, dan mempelajari perkara ini
secara objektif, niscaya mereka akan mendapatkan petunjuk pada kebenaran.”
Wallaahuta'ala 'alam..
______________________
Madinah Nabawiyah,
23/05/1435 H.
Tweet
0 comments:
Post a Comment