Kisah Cinta Mereka Berakhir di Negeri Wahabi, Di Musim Haji..
Meninggal dunia di negeri yang
menerapkan Syari'at Islam, dan disholatkan oleh orang-orang yang memurnikan
tauhid merupakan keistimewaan tersendiri bagi sebagian jamaah haji. Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ َيمُوْتُ
فَيَقُوْمُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُوْنَ رَجُلاً لاَ يُشْرِكُوْنَ بِاللهِ
شَيْئًا إِلاَّ شَفَّعَهُمُ اللهُ فَيْهِ
“Tidaklah ada seorang muslim
meninggal dunia lalu ada empat puluh orang yang tidak mempersekutukan sesuatu
dengan Allah menyolatkan jenazahnya melainkan Allah akan memberikan
syafaat kepadanya melalui mereka”.
[HR Muslim: 948, Abu Dawud: 3170,
Ahmad: I/ 277-278 dan al-Baihaqiy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih].
Semoga sepasang kekasih ini
termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaat seperti hadits di atas.
Mereka berdua adalah pasangan
suami-istri, jama'ah haji asal Magelang yang memulai membangun cita-cita untuk
pergi haji dengan menabung sejak lama dari hasil panen padi. Salah satu dari
mereka bertutur bahwa semenjak zaman pak SBY, harga gabah naik sehingga sangat
membantu pelunasan biaya haji. Makanya mereka sangat berterima kasih kepada
bapak mantan presiden kita itu. Meskipun sebetulnya mereka mendapat jatah haji
pada tahun 2020-an sekian, akan tetapi karena sudah cukup sepuh (Mbah
Syakroni sekitar 90an tahun lebih, dan istrinya 80 tahun lebih), maka dimajukan
menjadi musim haji tahun ini (1435 H / 2014 M).
Ketika di Asrama Haji Donohudan
Solo, sebenarnya mbah Syakroni sudah dalam keadaan sakit dan kurang
memungkinkan untuk diberangkatkan ke tanah suci. Namun beliau akhirnya tetap
berangkat setelah tertunda beberapa hari untuk beristirahat. Singkat cerita, setelah
menjalankan serangkaian manasik haji, ketika di Mina yang mana merupakan bagian
akhir dari rangkaian ibadah haji, mbah Syakroni akhirnya menghembuskan nafasnya
yang terakhir, rahimahullah.
Info yang kami dapatkan, jenazahnya dishalatkan di Masjidil Haram dan
dimakamkan di Makkah.
Mbah Istiqamah pun mengatakan
sudah remen (rela, ikhlas) kalau suaminya diwafatkan di tanah haram yang mulia
ini. Menurut pengakuan dokter yang menangani Mbah Syakroni, beliau memang bukan
tipe orang yang suka mengeluh dengan penyakitnya.
Pada suatu sore di maktab
(hotel), mbak Imronah, paramedis kloter 66 melayani para jamaah yang mengalami
keluhan kesehatan. Percaya atau tidak, datang seseorang yang cukup sepuh yang
wajahnya persis mbah Syakroni membawa buku kesehatan jamaah (buku hijau) atas
nama Syakroni. Meskipun heran, mbak Imronah tetap mencatat keluhan pasien, dan
diberi obat, tak lupa diisikan di daftar pengunjung, nama pasien dan nomor
paspor, yang belakangan setelah dicek ternyata berbeda dengan nomor paspor mbah
Syakroni, tapi juga tidak terdaftar di SISKOHAT (Sistem Informasi Haji),
sehingga tidak diketahui siapa sebenarnya pemilik nomor paspor itu.
Malam harinya di kamar mbah
Istiqamah, beliau berkali-kali bangun. Namun setiap bangun beliau berdzikir dan
menghafal surat-surat dalam Al Quran. Sampai menjelang subuh barulah beliau
tidur. Sedangkan jamaah ibu-ibu lainnya yang satu kamar dengan beliau semua ke
Masjidil Haram untuk shalat. Sepulang dari shalat, mbah Istiqamah terlihat
tertidur di lantai dengan menghadap kiblat. Tadinya tidak mau dibangunkan, tapi
pada akhirnya mereka mencoba membangunkan namun ternyata beliau telah wafat, rahimahallah. Jenazah beliau
pun dimandikan, dan dishalatkan di Masjidil Haram.
Begitulah kisah indah suami istri
yang sehidup semati. Naik haji bersama, dan meninggal dalam waktu yang hampir
bersamaan dalam keadaan yang insya
Allah husnul khatimah, aamiin.
_______________
Madinah, 08 Muharrom 1436 H
Ket. Kisah nyata ini
diceritakan oleh sahabat kami, salah satu jamaah asal megelang yang satu kloter
dengan mbah syakroni dan mbah istiqomah.
Tweet
0 comments:
Post a Comment