Kedudukan As-Sunnah (bag.2)

, by Unknown




HAK-HAK NABI -shallallahu 'alaihi wasallam-

1) Meyakini bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah menyampaikan risalah yang diberikan oleh Allah Ta'ala dengan sempurna. 

Dalilnya adalah : 

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Q.S. Al Maidah : 3)

Ayat ini merupakan kesaksian Allah bagi Nabi-Nya akan sempurnaan risalah yang telah disampaikan kepada ummatnya shallallahu 'alaihi wasallam, sebab tanpa tabligh/menyampaikan risalah maka ajaran Islam ini tidak akan sempurna.

Dari Ummul Mukminin 'Aisyah rodhiallahu ta'ala 'anha, Ia berkata :

من حدثك أن محمدا صلى الله عليه وسلم كتم شيئا مما أنزل الله عليه فقد كذب والله يقول : يا أيها الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك

"Barang siapa yang berkata kepadamu bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menyembunyikan (ajaran) yang telah Allah turunkan kepadanya maka ia telah berdusta, dan Allah berfirman : "Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu."
2) Meyakini kema'shumannya

Al-'Ishmah secara bahasa berarti mencegah atau menjaga, sedangkan menurut istilah : kecenderungan yang diberikan oleh Allah, yang mengarahkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan, tanpa menghilangkan rasa ingin memilih sebagai bentuk ujian dari Allah.

Adapun sisi kema'shuman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencakup :

[a] Kema'shumannya dalam menyampaikan risalah.
Dalilnya adalah :

وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى

"Dan tidaklah Ia (Nabi Muhaammad) berbicara dengan hawa nafsunya, melainkan (setiap yang keluar dari lisannya) adalah wahyu yang diturunkan." (Q.S. An Najm : 3-4)

Maka ayat ini menjadi bukti bahwa segala yang keluar dari lisan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ma'shum dari segala kepentingan dan hawa.

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Amr rodhiallahu 'anhuma, bahwasanya dahulu beliau selalu menulis apa yang didengarnya dari Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar dapat dihafalkannya. Maka orang Quraisy melarang beliau dan mereka berkata : "Engkau menulis segala sesuatu yang engkau dengar dari Rosulullah, sedangkan Rosulullah adalah manusia yang berbicara dalam keadaan emosi dan ridho," Maka Beliau (Abdullah bin 'Amr) akhirnya berhenti menulis.

Lalu peristiwa tsb dikabarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

اكتب فوالذي نفسي بيده مايخرج منه إلا الحق

"Tulislah..!! demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, tidaklah yang keluar darinya (sambil menunjuk mulut beliau shallallahu 'alaihi wasallam) kecuali ucapan tsb adalah haq."

Imam Muslim rohimahullah di dalam shohihnya meriwayatkan dari sahabat Tholhah bin "ubaidillah rodhiallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

"Akan tetapi jika aku berbicara kepada kalian sesuatu tentang Allah maka ambillah, sebab aku tidak akan pernah berdusta atas nama Allah."
Telah dinukil ijma' akan kema'shuman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam menyampaikan risalah yang beliau emban, sebagaimana yang dinukil dari Al-Qodhi 'Iyadh, dan syeikhul islam Ibnu Taimiyah.

[b] Ma'shum dari kekufuran dan syirik.
Dan kema'shuman ini sudah ada pada diri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sejak sebelum beliau diutus menjadi Nabi terlebih lagi setelah beliau diangkat menjadi Nabi.

Diantara dalil yang menjadi bukti bahwa Nabi ma'shum sebelum diutus adalah hadits Anas bin Malik yang menyebutkan bahwasanya Rosulullah semasa kecilnya pernah didatangi oleh Malaikat Jibril yang pada waktu itu beliau sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Maka malaikan Jibril mengambil beliau lalu membelah dadanya dan mengambil jantung untuk mengeluarkan gumpalan yang disebut dengan hadzdzusy syaithoon, kemudian malaikat Jibril mencuci gumpalan tsb dengan air zam-zam, setelah itu dikembalikan lagi ke tempat asalnya. 

Sedangkan anak-anak yang bermain bersama Nabi Muhammad mengadukan peristiwa tsb kepada Ibu susuannya dan mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah dibunuh..dst.

Setelah meriwayatkan hadits ini Anas bin Malik berkata : "Aku pernah melihat bekas jahitan yang ada di dada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."

Maka hadits diatas menjadi bukti yang nyata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbebas dari syirik sejak kecil setelah hati/jantung beliau dibersikan oleh Malaikat Jibril karena tidak ada jalan bagi syaithon untuk mempengaruhi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Para ulama seperti Al-Jurjaaniy, dan Al-Aamidiy telah menukil kesepakatan ummat akan kema'shuman para Nabi dari kesyirikan.

[c] Kema'shuman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari berdusta (selain wahyu dan tabligh).
Dan hal ini merupakan perkara yang masyhur di kalangan penduduk mekah sebelum beliau diutus menjadi Nabi, dimana saat itu beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada mereka :

أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ ؟ قَالُوا : مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا ، قَالَ : فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ 

"Bagaimana pendapat kalian, jika aku beritahu kalian bahwa pasukan berkuda muncul untuk menyerang dari lembah gunung ini, Apakah kalian akan mempercayaiku? Mereka menjawab: Kami tidak pernah mendapatimu berdusta. Beliau pun berkata : Sesungguhnya aku memberi kalian peringatan tentang siksa yang pedih yang sebentar lagi akan datang."
[d] Kema'shuman beliau dari dosa-dosa besar
Diantara dalilnya ialah :

وإنك لعلى خلق عظيم

"Dan sungguh telah ada pada diri Rosulullah suri tauladan yang baik."


Ayat ini merupakan rekomendasi dari Allah Ta'ala yang mewajibkan diri beliau terhindar dari segala bentuk keburukan prilaku yang menjatuhkan derajat kenabiannya.

Di dalam shohih Bukhori Muslim, Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Sungguh aku adalah orang yang paling takut kepada Allah, bertakwa kepada-Nya daripada kalian."

Termasuk di dalam ketakwaan dan rasa takut ialah jauh dari sifat yang membuat Allah murka, seperti melakukan dosa-dosa besar, dan Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat jauh dari perbuatan tercela seperti itu, wallahu 'alam.

3) Kewajiban untuk mencintainya -shallallahu 'alaihi wasallam-


Mencintai Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam merupakan salah satu kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang mukmin, cinta yang melebihi kecintaan kepada dirinya sendiri, melebihi orang tuanya, dan seluruh makhluq yang ada di muka bumi ini. Maka mencintainya adalah salah satu kewajiban yang sangat agung, cinta yang akan melahirkan kecintaan seorang hamba kepada penciptanya, Allah Subhaanahu wa Ta'ala.

Mencintai Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah bentuk cinta kita kepada Allah, cinta karena Allah, mencintai apa yang dicintai oleh Allah yaitu Nabi sekaligus kekasih-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Rasa cinta ini juga akan menumbuhkan keinginan dan kesungguhan untuk selalu mengikuti apa yang dicintai oleh Rosulullah, dan menjauhi segala yang dibencinya.

Adapun manusia terbagi menjadi 3 (tiga) golongan dalam posisi mencintai Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

1) Orang yang berlebih-lebihan dalam mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
2) Orang yang tidak memiliki rasa cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

3) Orang yang berada diantara golongan yang berlebih-lebihan dan golongan orang-orang yang tidak mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Golongan yang pertama adalah orang-orang yang ghuluw dalam mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, membuat perkara baru yang tidak pernah diperintahkan oleh Allah Ta'ala dan tidak pula dicontohkan oleh Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wasallam.

Mereka mengira bahwa apa yang mereka lakukan adalah tanda-tanda rasa cinta, seperti berlebih lebihan dalam memuji Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, begitu juga memalingkan sesuatu dari ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah seperti berdo'a kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersumpah atas namanya, dan lain sebagainya.

Golongan yang kedua ialah mereka yang tidak memiliki rasa cinta, dengan demikian tidak ada keinginan untuk memperhatikan hak-hak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, menunaikan kewajibannya sebagai seorang mukmin, sehingga ia mereka lebih mencintai diri sendiri dan keluarga serta gila terhadap harta.

Sedangkan golongan yang ketiga ialah orang-orang yang berada ditengah-tengah kedua golongan sebelumnya. mereka adalah para orang-orang sholeh terdahulu (salafus sholeh), maka barang siapa yang mengikuti tatacara mereka dalam beragama, niscaya ia akan merasakan cinta yang sesungguhnya, kecintaan yang bermuara dari keyakinan, dan akan terpancar dengan lisan dan perbuatan.

Diantara dalil dalil yang menunjukkan kewajiban kita untuk mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ialah sebagai berikut :

[a] قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (Q.S. At Taubah : 24)

[b] ٱلنَّبِى أَوْلَى بِٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ

"Nabi itu (seharusnya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri." (Q.S. Al Ahzab : 6)

[c] كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ، وَاللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ.

“Kami mengiringi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar'."

[d] لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ. 

"Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan segenap manusia." (Muttafaq 'alaih). 


Kecintaan kepada baginda Rosul Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :

- Berpegang teguh kepada sunnah-sunnah Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan memuliakannya. Mengetahui kedudukannya dalam agama, dan menghormati orang-orang yang berada di atasnya.

- Memperbanyak menyebut nama dan bersholawat kepadanya shallallahu'alaihi wasallam.

- Berharap dapat berjumpa dan perasaan rindu yang membuncah ingin bertemu dengannya shallallahu 'alaihi wasallam.

- Mencintai orang - orang yang mencintainya, dan membenci orang - orang yang membencinya shallallahu 'alaihi wasallam.

Dan orang - orang yang paling mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mereka adalah para sahabat rodhiallahu 'anhum.

Abu Sufyan berkata :

"Aku tidak pernah melihat kecintaan seseorang kepada orang lain, seperti sahabat Muhammad mencintai Muhammad -shallallahu 'alaihi wasallam-"

'Ali bin Abi Tholib pernah ditanya, bagaimana perasaan cinta kalian kepada Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam? maka beliau rodhiallahu 'anhu menjawab :

"Demi Allah beliau adalah orang yang paling kami cintai daripada harta, anak, bapak, ibu kami, serta dari air yang dingin ketika kehausan."

4) Kewajiban taat kepada Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengamalkan sunnah-sunnahnya.

Telah disinggung sebelumnya, bahwasanya seluruh hak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali pada makna iman kepada Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Adapun makna iman kepadanya : mempercayai dan meyakininya serta mengikuti syari'at yang telah beliau shallallahu 'alaihi wasallam bawa. Dan ini mengandung ketaatan dan mengamalkan sunnahnya. Dalil-dalil yang memerintahkan kita untuk taat dan patuh kepada apa yang beliau shallallahu 'alaihi wasallam bawa akan di bahas lebih detail pada pembahasan "kedudukan as Sunnah dalam al Qur'an dan dalam Hadits Nabawi."

Bersambung InsyaAllah...
___________
1 Muharrom 1436 H.

0 comments:

Post a Comment