Belajar Keuletan Dalam Berdakwah Dari Al Ustadz Abu Yahya Badrussalam, Lc
Sudah menjadi tradisi mahasiswa Universitas Islam Madinah,
bila ada da'i atau seorang ustadz yang dahulunya pernah mengenyam pendidikan di
Jami'ah Islamiyah datang ke Madinah untuk menunaikan ibadah umroh akan dipinta
untuk bertemu dengan juniornya guna memberikan nasehat, berbagi pengalaman, dan
lain sebagainya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankan saya
untuk menyampaikan kembali pengalaman pribadi, berbagi faidah kepada antum
semua tentang sepenggal kisah yang pernah diceritakan oleh salah satu alumni
fakultas hadits Univ. Islam Madinah tahun 2001 yaitu al ustadz Abu Yahya
Badrussalam -semoga Allah menjaganya-, ketika beliau mampir ke asrama kami yang
kala itu masih berada di luar kampus tepatnya di Apartemen Jam'iyyatul Birr
yang terletak tidak jauh dari mesjid nabawi.
Berhubung peristiwa ini terjadi kurang lebih 3 tahun yang
lalu, maka sebagian besar isi kajian yang beliau sampaikan sudah hilang dari
ingatan. Namun ada pengalaman pribadi beliau dalam berdakwah yang masih saya
ingat sampai saat ini. Kita ketahui bersama bahwa pada tahun 2000an dakwah
sunnah di Indonesia masih sangat jarang kita temuka, mesjid-mesjid yang
menyelenggarakan kajian-kajian sunnah pun masih bisa dihitung dengan jari. Nah
disitulah letak masalah yang dihadapi oleh al ustadz ketika kembali ke tanah
air untuk menyampaikan ilmu yang sudah beliau dapatkan selama belajar di
Madinah. Untuk mengisi kajian di mesjid tempat beliau tinggal saja terasa
sangat sulit, selain itu dari salah satu anggota keluarga beliau juga ada yang
sangat menentang dakwah yang beliau bawa.
Lantas musykilatu da'wah (problematika dakwah) itu semua
tidak menghalangi beliau untuk terus berdakwah, mengajak kaum muslimin untuk
kembali kepada Al-Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus sholeh.
Tahukan antum apa yang beliau lakukan selanjutnya? na'am..mengajari anak-anak
TPA adalah salah satu aktifitas yang beliau lakoni demi melanjutkan visi dan
misi sebagai seorang da'i. Kalau sekarang mungkin seorang alumni univ. luar
negeri malu atau merasa gengsi untuk mengajar TPA. Tapi masyaAllah al ustadz
sama sekali tidak minder untuk mengajari anak-anak TPA mengaji, sambil
menanamkan akidah yang benar di dalam hati.
Selang beberapa tahun kemudian, dakwah atau kajian-kajian
sunnah mulai ramai didatangi. Berkat ketekunan dan keuletan beliau (setelah
pertolongan dari Allah) salah satu anggota keluarga yang dahulunya sangat
menentang kini sudah berangsur menyadari manfaat dari dakwah yang al ustadz
emban. Ada kisah menarik yang ingin saya utarakan disini, dimana pada suatu
ketika al ustadz bertemu dengan salah satu muridnya dahulu waktu masih ngajar
di TPA, Ust. Badru merasa ada yang aneh dengan penampilan pemuda tsb,
ya..ternyata mantan muridnya ini ternyata sekarang bertampang preman. Ust.Badru
pun menanyakan penyebab mengapa dia sampai seperti ini dan seterusnya.
menanggapi pertanyaan al ustadz, pemuda itu menjawab
(kurang lebih) :
"Jadi preman, yang pentingkan tidak melakukan
kesyirikan ustadz..."
Setelah menceritakan kejadian tsb, teman-teman yang ada
di dalam ruangan pun tertawa mendengarnya, tapi saya lebih memilih tersenyum
dan bertakbir dalam hati, Allahu Akbar..!! meskipun secara kasat mata al ustadz
gagal dalam mendidik anak-anak TPA, bahkan ada yang menjadi preman, namun
perhatikanlah jawaban indah yang keluar dari lisan pemuda tersebut.
"Yang pentingkan tidak melakukan/berbuat kesyirikan
ustadz..."
jawaban tauhid yang mungkin tidak terlintas dalam benak anak-anak zaman sekarang, jawaban tauhid yang dahulu pernah diajarkan oleh sang ustadz, jawaban tauhid yang mungkin tidak akan berhasil ditanamkan kecuali oleh da'i yang benar-benar ulet mengajarkan aqidah yang benar, jawaban tauhid yang mungkin akan membuat pemuda tsb sadar lalu bertaubat dari maksiat yang pernah ia lakukan. Allahu Akbar...!!
jawaban tauhid yang mungkin tidak terlintas dalam benak anak-anak zaman sekarang, jawaban tauhid yang dahulu pernah diajarkan oleh sang ustadz, jawaban tauhid yang mungkin tidak akan berhasil ditanamkan kecuali oleh da'i yang benar-benar ulet mengajarkan aqidah yang benar, jawaban tauhid yang mungkin akan membuat pemuda tsb sadar lalu bertaubat dari maksiat yang pernah ia lakukan. Allahu Akbar...!!
Oleh karena itu ayyuhal ikhwah, jangan pernah sekali-kali
kita meremehkan amalan yang tampaknya tak berharga menurut pandangan manusia,
jangan pernah menganggap rendah kebaikan-kebaikan yang kelihatannya tidak ada
manfaatnya. Demi Allah, semua amal ibadah sekecil apapun akan dibalas oleh
Allah yang tak pernah lalai mengawasi hamba-hambaNya.
فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره
"Dan barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
Berikut ini, beberapa faidah dari kajian yang beliau
sampaikan :
1) Modal utama yang harus
dipersiapkan oleh seorang da’i ketika terjun langsung ke masyarakat adalah Ilmu
dan Mental
2) Masyarakat di indonesia tidak
seilmiah masyarakat di saudi pada umumnya
3) Ilmu itu bagaikan peluru dan
dakwah adalah senapannya
4) Bersungguh sunguh dalam menuntut ilmu
5) Bertanya kepada yang lebih tahu tentang
ilmu
6) Tholibul ilmi kelak akan mndapatkan
sorotan tajam dimata masyarakat dan yang paling di lihat adalah perilakunya
7) Benar-benar mempergunakan waktu
8) Orang yang duduk di majlis ilmu
mempunyai 2 keuntungan, bisa mengambil ilmu dari para ulama dan belajar
bagaimana akhlaq mereka
9) Ikhlaskan hati untuk membela agama Allah
Ta’ala
10) Tujuan memuntut
ilmu yang utama adalah membuat hati kita lebih takut pada Allah, kemudian
melembutkan hati
11) Dakwah yang haq
takkan pernah mati.
Sekian, semoga kita dapat memetik manfaatnya,
dan mudah-mudahan Allah selalu menjaga hati/keikhlasan ust.Badrussalam (dan
kita semua) dalam beribadah dan berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, aamiin...
______________
Ben Helmiy, 29/12/1435 H
______________
Ben Helmiy, 29/12/1435 H
Diedit ulang pada tanggal 10 Muharrom 1436 H.
Tweet
0 comments:
Post a Comment